Raport Palsu By Tami Chan

“teeeeeeet.. teeeeeeet.. teeeeeeet..”. Tepat pada pukul 12.30 bel sekolah berbunyi, membuyarkan semua konsentrasi murid yang semula sedang belajar menjadi riuh tak terkendali. Hari ini hari Sabtu, wajar jika para murid sangat terburu-buru untuk meninggalkan kelas atau sekolah. Mungkin mereka semua telah membuat jadwal untuk menghabiskan hari libur mereka. Termasuk aku, bayangan komputer di kamarku sudah terus saja menghantuiku. “Keranjingan Game online” mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menjelaskan keadaanku saat ini. Jika hari libur sudah tiba aku sangat sulit untuk keluar dari kamarku. Untuk mandi pun rasanya malas sekali. Belajar diabaikan dan game online dikedepankan. Padahal minggu depan UAS semester 1 ku sudah menunggu di depan mata.“Syifa.. makan dulu nak”. Terdengar suara Ibu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Aku tak bisa bangun, semalam aku tidur jam setengah 1 karena bermain game online. Akhirnya mama masuk ke kamarku. Melepaskan selimut yang masih menutupi seluruh tubuhku dan terus saja membujukku untuk pergi sarapan pagi bersama. “Mama ga suka kalo kamu main komputer sampai lupa waktu kayak gini. Bisa-bisa nanti komputer kamu mama buang lho. Ayolah Syifaaa.. papa udah nunggu buat kita sarapan pagi bareng”. “Iya Ma, tapi komputernya jangan dibuang ya ma. Syifa cuci muka dulu deh sekarang”. Akhirnya aku pun bangun dari tempat tidurku menuju ke toilet. Terlihat jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Menurutku hari minggu adalah hari yang cocok untuk bermalas-malasan.“Papa perhatiin kayaknya akhir-akhir ini kamu main komputer terus ya? Papa sengaja pasang internet di komputermu biar kamu gampang cari info tentang pelajaran. Bukan buat main game online terus”. Papa bicara saat sedang sarapan pagi, yang berhasil membuang 60% selera makanku. “Mama juga tau seminggu lagi kamu ada UAS. Kamu kan baru kelas X, bagus banget kalo kamu bisa nunjukin prestasi kamu di sekolah baru kamu. Pokoknya pertahanin ranking kamu kayak waktu di SMP”. Sekarang giliran mama bicara padaku. 20% selera makanku akhirnya berkurang lagi. “Iya Ma, Pa. Syifa bakal buktiin kalo papa yang udah baik hati masang internet di komputer Syifa sejak sebulan yang lalu itu ga nurunin prestasi Syifa. Syifa makannya udah dulu ya Ma, mau balik ke kamar dulu terus mandi”. Aku meninggalkan papa dan mama yang masih belum selesai sarapan. Masuk ke kamar dan mengambil setumpuk buku pelajaran dan buku tulis yang hampir semuanya penuh dengan PR. Hari yang kurencanakan untuk bermalas-malasan dan bermain game online saja berubah menjadi hari mengerjakan PR.Seminggu ini aku jarang bermain game online. Terbayang semua wajah teman-teman dunia game online ku yang pasti merasa heran karena aku tidak pernah bermain bersama mereka. Aku tidak ingin membuat Mama dan Papa mereka. Selama ini mereka sudah terlalu baik padaku. Semua hal yang aku inginkan pasti dipenuhi oleh mereka, itupun selama mereka bisa. Hari ini hari Sabtu, pembagian hasil belajarku selama satu semester pun diumumkan. Terbayang wajah mama dan papa yang akan merasa senang jika aku pulang membawa raport yang bertuliskan bahwa aku mendapat ranking 1. Kuperhatikan dan kudengarkan terus pengumuman dari Bu Rini. Tapi namaku tak kunjung disebutnya. Aku merasa kaget, kecewa dan merasa bersalah. Kuberanikan diri untuk mengambil raport dari tangan Bu Rini dan bertanya padanya. “Bu, Syifa ga masuk 10 besar ya bu?”. Tanyaku dengan nada sedih. “Iya Syifa, kamu belajar lebih giat lagi ya. Tapi selama ini kamu sudah cukup menonjol kok selama di kelas”. Terlihat seuntai senyuman terlihat dari bibir Bu Rini. Namun aku tak bisa membalas senyumannya.“Udah dong Syifa.. kamu ga boleh sedih terus kayak gini. Di mata aku kamu itu pinter banget kok. Pinter itu kan ga harus dapet ranking 1”. Tiffany menyemangatiku terus menerus. Tiffany memang setia, setiap aku mendapatkan kesulitan dia selalu ada disampingku. Memberiku semangat dan memberiku 1001 solusi yang membuatku kuat.Aku menyesal, tidak bisa menggunakan kepercayaan mama dan papa dengan baik. Terlebih lagi aku tidak bisa mempunyai komputer sendiri lagi. Saat aku pulang ke rumah Mama bertanya tentang rankingku, dan aku hanya menjawab dengan raut wajah yang sedih. Mama hanya berkata “Maaf” dan segera menelepon papa yang masih berada di kantor. Sejam kemudian Papa pulang dari kantor. Dia membawa 2 orang yang tidak aku kenal. Masuk ke kamarku dan menggotong satu set komputerku keluar kamar. Jaringan internet tidak lagi dipasang. Semakin membuatku sedih karena tidak bisa lagi bermain game online.Setelah komputerku dibawa keluar kamar aku hanya bisa menangis. Seharusnya aku sadar dari dulu bahwa ayah adalah orang yang tegas. Aku tidak bisa menganggapnya remeh. Aku hanya bisa menangis. Tidak akan ada lagi teman-teman baruku dari dunia game online. Jika harus setiap hari pergi ke warnet rasanya tidak mungkin. Karena tidak semua warnet mempunyai program game seperti yang aku punya.Sejak siang hingga malam hari aku tidak pergi keluar kamar. Mama dan papa tentu sudah tahu kebiasaanku ini jika sedang sedih atau kesal. Aku akhirnya tertidur setelah lelah menangis.“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiing..”. suara alarm dari handphone ku terdengar begitu bising. Ternyata sekarang sudah pukul 05.30. waktunya aku pergi ke toilet dan segera mandi. Saat berjalan menuju toilet aku merasa heran karena ada satu set komputer dan modemnya ada di tempat komputerku. Tapi komputer ini berbeda dengan komputer milikku kemarin. Ini komputer baru, komputer terbaru yang aku lihat di internet seminggu yang lalu. “CyberPower Gamer Extreme 3000 Core i7 860 System” itu adalah nama komputernya. Aku ingat itu. Langsung saja aku keluar dari kamar dan tidak jadi pergi ke toilet. Di meja makan sudah ada mama, papa dan Tiffany. Semuanya tersenyum padaku dan Tiffany membawa kue ulang tahun ke hadapanku. Sepertinya aku telah melupakan hari ulang tahunku sendiri karena terlalu sering bermain game online.“Selamat ulang tahun ya Syifa.. Semoga panjang umur”. Ucap Tiffany padaku sambil tersenyum. “Makasih banyak ya Tiffany”. Aku balik tersenyum padanya. “Tadi ada apa Syifa di kamar?”. Mama bertanya padaku. “Ada komputer baru yang bagus banget ma, makasih ya maaaaa”. Aku langsung memeluk mama dan papa.“Ini raport kamu Syifa”. Papa memberiku sebuah raport, dan setelah aku baca ternyata aku mendapatkan ranking ke 1. Sontak aku merasa kaget sekaligus merasa heran. “Kemarin kan raport Syifa udah ada Pa. Ini raport siapa?”. “Itu raport kamu yang asli. Selamat ya, papa bangga sama kamu”. Papa tersenyum lagi.“Bu Rini juga udah tau kok kalau kamu ranking 1. Bu Rini juga ada di balik semua kejutan ini. Pengumuman ranking yang kemarin cuma pengumuman palsu. Hihihi”. Tiffany tertawa padaku. Aku menangis, bahagia. “Claraaaaaaaaaa.. aku kangen sama kamu. Udah lama banget ga main bareng kamu lagi. Temen-temen yang lain mana?”.“Syifaaaaaaaaaaa.. akhirnya kamu balik juga. Yang lain belum pada online. Tunggu bareng aja yuk”. Aku kembali pada duniaku, dunia game online. Yang pasti dengan komputer baruku yang lebih canggih. :))
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Raport Palsu By Tami Chan"

Posting Komentar