Pendidikan Berkarakter Penentu Hasil UAN/UN?


Marlin :

Suatu hari, saya mengikuti pelatihan guru.....maklum saya termasuk guru "belum profesional" ;-). dari tema pelatihan, ada sub tema yang menarik hatiku "pendidikan berkarakter". Seketika terbayang kata-kata moralitas yang baik dan lawan katanya . Terbayang juga dalam benak “alangkah perhatiannya pemerintah kita mempersiapkan generasi bangsa”. Sempat pula terbayang model pendidikan polisi, tentara, dan STPDN yang mengedepankan karaktek “otot kuat-tulang besi” (maaf bercanda). Terbayang pendidikan seorang perawat, pendidikan santri di pesantren, pendidikan anak jalanan. Karena keasyikan membayangkan berbagai model pendidikan berkarakter, hampir seluruh materi pelatihan, hilang terbawa bayang-bayang. :-D

Sesampai di rumah, karena masih bingung tentang pndidikan berkarakter, langsung saja kutarik laptop, memasang modem dan ditemani secangkir…..selanjutnya…hmmm  “browsing artikel”. Dari beberapa artikel yang sempat ku baca, ada satu yang membahas tentang buku pater Drost tentang “Sekolah: mengajar atau mendidik”. Dalam artikel tersebut penulis memaparkan inti buku tersebut bahwa apa sebenarnya fungsi sekolah itu? Sebagai tempat pengajaran atau tempat untuk mendidik siswa? Benar bahwa sekolah adalah tempat untuk mengajar dan juga untuk mendidik, tetapi pendidikan karakter bukanlah merupakan tugas utama sekolah maupun guru. Pendidikan karakter dan nilai sebenarnya merupakan tanggung jawab orang tua dan keluarga.

Sambil menghabiskan bacaan artikel tersebut, kuangkat gelas kopiku kemulut sambil kembali membayangkan pelatihan yang baru saja selesai. Diskusi monolog pun dimulai dengan sebuah pertanyaan, “untuk apa pendidikan berkarakter itu di masukkan dalam kurikulum sekolah? “  pertanyaan kedua. “bukankankah sekolah tadi tidak dihuni mayoritas anak yatim, tanpa orang tua sehingga mengharap nilai-nilai kebajikan dari sekolah?” pertanyaan ketiga, “bukankah sekolah  memang hanya untuk mengubah anak menjadi pintar?” pertanyaan keempat “jika semua siswa berhasil di didik menjadi baik, patuh, disiplin dan jujur dan intinya memiliki moral yang baik, apakah itu semua akan menjamin mereka akan lulus ujian nasional?” ………”Ujuan Nasional??”, pertanyaan dengan topic baru muncul secara tiba-tiba dalam kepalaku.

Oh….iya, bulan desember 2010 lalu, pemerintah kita baru saja menetapkan aturan kelulusan yaitu dengan system komprehensif plus dan kontinuitas dimana Ujian Nasional bukan satu-satu alat untuk mengukur kelulusan siswa, tetapi nilai kalkulasi rapor  siswa ikut menentukan kelulusan siswa dengan perbandingan 60% untuk UAN/UN dan 40% untuk kalkulasi nilai rapor siswa. Ini merupakan angin yang sedikit segar bagi guru, orang tua siswa dan siswa itu sendiri karena masih ada harapan pertimbangan nilai rapor jika nilai Ujian nasionalnya anjlok. Lalu kemana perginya pendidikan berkarakter jika ternyanya semua nilai kelulusan siswa di patok berdasarkan angka-angka? Atau pendidikan berkarakter hanya bumbu pelengkap agar sekolah hari ini mencitrakan diri bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga pengajar.

Dialog monolog masih berlangsung dan kopiku tinggal setengah dan bahkan hampir habis setelah tegukan terakhir.

Saya teringat suatu waktu dalam rapat staf guru, seorang guru mengungkapkan dengan tegas “jika siswa tersebut malas, nakal dan sering membolos……kita tidak perlu luluskan Ujian Nasional”.  Bravo..(gym)

Dari ingatan itu dan kopiku habis pula…..kusimpulkan saja “mungkin demikian pendidikan berkarakter seperti yang di ungkapkan salah seorang staf guru diatas”…….entahlah……



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Pendidikan Berkarakter Penentu Hasil UAN/UN?"

Posting Komentar