(Prolog: tulisan di bawah ini adalah hasil 'bermain' dalam kelas Menulis Kreatif Bersama di Balkon Baca Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unhas, Rabu malam. Kelas ini sudah empat kali pertemuan. Setiap kali pertemuan diikuti sekitar 10-an peserta. Kecuali pertemuan terakhir: bertahan empat peserta.
Permainan dimulai dengan mengumpulkan kata benda. Dari kata benda yang terkumpul, peserta diminta membuat karangan dengan memasukkan semua kata benda tersebut. Saya, sebagai fasilitator, pun iseng-iseng ikut bermain).
Di bawah ini kata-kata benda yang terkumpul:
• Rusa
• Bintang
• Akar
• Layang-layang
• Petasan
• Pelangi
• Pembatas buku
• folder
Dan inilah hasil karanganku:
Ini tentang rusa betina yang menunggu pelangi untuk pergi ke langit. Lalu sengaja tersesat hingga malam menjelang. Ia bermain-main dengan bintang berpendar terang. Memandang bulan yang mengingatkannya pada sebilah sabit seorang petani di pematang sawah. Sabit itu digunakan untuk memotong-motong rusa jantan, kekasihnya. Kekasihnya itu terjerembab ke dalam parit jebakan akar-akar pohon yang sengaja dipasang si petani.
Si rusa betina akan tertidur sejenak setelah genap mendengar dongeng-dongeng makhluk langit yang menawan. “Kelak, dongeng-dongeng ini akan aku ceritakan kepada anakku, yang mungkin kini tengah lelap dalam rahimku,” ikrarnya.
Dongeng-dongeng itu ada yang berkisah perihal layang-layang yang sengaja memutuskan benangnya sendiri, karena tergoda para bidadari yang sedang menapaki warna-warni pelangi, menuju nirwana. Konon, layang-layang itu kini menjelma bintang itu sendiri. Orang-orang di bumi selalu memandangnya. Mereka menanaminya: rasi bintang pari. Padahal, itu adalah layang-layang berekor pelangi.
Ada juga kisah tentang pesta petasan dan kembang api oleh para dewa dan bidadari untuk menyambut musim penghujan di bumi. Sebab, dengan hujanlah, tangga pelangi dapat digelar. Pada pesta itu, diadakan sayembara untuk memilih bidadari mana lagi yang akan merelakan seluruh pakaiannya dicuri lelaki miskin makhluk bumi. Dengan menyimpan rahasia tentang sebutir beras yang dapat menjelma semangkuk nasi.
Semua dongeng itu senantiasa ia bukukan dalam ingatannya.
Dongeng-dongeng itu terus berkecambah dari malam ke malam. Ia harus pintar mengingat. Ia harus pandai menyimpan pembatas buku ingatannya, agar tak lupa di lembaran mana cerita itu terhenti.
Tetapi, tiba-tiba, si rusa tak ingin kembali ke bumi. Ia merasa nyaman di langit. “Terlalu banyak kekerasan dan ketakutan di sana,” katanya kepada semua makhluk langit.
Dari : Dedy Ahmad Hermansyah
0 komentar: on "Dongeng Rusa pada Folder Komputer"
Posting Komentar