Surga Surga Kecil

Aku harus berterimakasih kepada ayam jantan yang menyumbangkan suaranya setiap pagi untuk membuatku terjaga. Setiap hari ia menjadi wekerku. Aku tak perlu memutar waktu di weker untuk membangunkanku.karena kokok ayam tak bisa kugapai, sama halnya ketika kau ingin menyembunyikan suara itu dan melanjutkan tigurmu, paling kugunakan saja ujung bantal untuk tak menghiraukannya. Tapi, tidak dengan ayah yang setiap subuh juga membangunkan orangorang untuk melakukan ritual. Aku tak bisa mengelak ketika ayah menggelitik telapak kakiku. Dengan begitu aku akan bangun kemudian merentangkan tangan keatas, kesamping begitupula dengan kakikakiku akan kurentangkan kesamping atau keatas menyerupai latihan pemanasan. Hal ini berulngkali kulihat ditivi warung Mak Biah. Disana aku bisa mendapatkan informasi mulai dari perselingkuhan, pernikahan, kebanyakan tentang aib seseorang. Aku heran mengapa banyak yang suka diumbar juga senang mendengarkan umbaran tersebut. Ibuibu itu bilang sangat menyenangkan layaknya sinetron yang bersambung sampai satu dekade. Tapi, aku tak ingin memikirkan hal itu terlalu panjang lebar. Biarkan mereka menikmati prosesi hidupnya.

Kompleksku sangat menyenangkan. Rumahku juga walaupun hanya terdiri atas beberapa petak rumah. Sebenarnya tak layak disebut rumah. Kamar yang ayah sewa memanjang kebelakan jadi, ayah berinisiatif memetak beberapa bagian kamar menjadi ruangruang kecil. Disamping kiri kanan kamarku juga begitu. Petak pertama ruang tamu. Kemudian petak kedua ditempati balaibalai layaknya tempat tidur, sementara dibelakang balaibalai ada ruang untuk mencuci atau sekedar buang air kecil aku terbiasa melakukannya disana. Walaupun ayah selalu memarahiku. Diamdiam aku melakukannya disana.

Ketika malam tiba, dan ayah belum pulang dari musholah aku akan menghabiskan waktuku untuk menyusun harta karun yang kudapat setiap hari di bak sampah atau di lahanlahan yang pemerintah tunjuk untuk mengumpul sampah. Kalo tidak salah orangorang menyebutnya tepea. Seperi taman pendidikan anak saja yah. Aku biasa di kedua tempat itu. Ketika fajar menyinsing aku sudah berada di bak atau tong sampah mencari sesuatu yang masih bisa kugunakan. Kemudian menjualnya. Hasilnya akan kugunakan membeli pengganjal buat perut kami berdua. Sementara, jika sore tiba aku akan ketaman anak. Disana sesamaku akan berkumpul bernyanyi, menggambar, dan berhitung, kami juga diajari membaca dan menulis. Tapi kebanyakan kami melakukan tiga hal pertama tadi. Karena ka anti yang membimbing kami sangat tahu memperlakukan anakanak. Ia tak pernah marah sedikitpun walaupun kami tak melakukan apa yang diperintahnya.

Suatu hari ka anti menyuruh kami menggambar tapi aku tak tahu menggambar apa jadinya, kertas yang ia berikan kucoretcoret saja. Aku tak bisa menggambar rumah idaman seperti perintahnya Aku juga tak ingin menggambar apapun yang disarankan Ka Anti. Aku ingin menggambar wajah ibu dan ayah yang kini telah pergi. Aku ingin menggambar perlakuan pemerintah saat ayah dan ibu menghentikan laras panjang. Satu hal yang ingin kukatakan padamu, ia yang ku panggil ayah sekarang bukan ayah kandungku. Pak Imran yang kupanggil ayah adalah orang yang merawatku setelah orangtuaku meninggal. Katanya ayah dan ibu meninggal ketika penggusuran di gubuk kami terjadi. Sementara pemerintah tak mau bertanggungjawab atas itu. Ayah mempertahankan rumah kami agar tidak di gusur sama halnya dengan ibu. Mereka mempertahankan apa yang masih bisa mereka pertahankan. Kini kompleks rumah kami harus ditempati bangunan megah lagi tinggi tinggi. Aku sedih atas kehilangan itu. Tapi Aku bangga dengan kematian ayah dan ibu yang masih bisa mempertahankan haknya. Aku berjanji akan mengikuti jejaknya.
***
Kami ke taman anak hampir setiap hari. Itupun ketika Ka Anti punya waktu lowong untuk kami. Selain m,engajar. Ia juga harus mengatur waktu dengan sekolahnya. Tapi, aku dan temn-teman senang dengan kedatangnnya. Satu hari Ia memberitahu kami untuk merebut kebahagiaan yang pemerintah ambil. Aku tak tahu kebahagiann itu seperti apa, tapi kami selalu tersenyum. Ketika ada diantara kami yang dihukum menyanyi karena suka menggganggu teman yang sedang serius belajar. Kami masih bisa rtersenyum. Entahlah, apakah kebahagiaan itu adalah senyuman ketika Pak Lurah mengendarai mobil mewah dan berbaju rapih setiap kali ia mengunjungi kami. Bagi kami, kebahagiaan itu ketika karung santa claus berisi dan kami bisa menjual kemudian hasilnya kami gunakan untuk membeli pistolpistolan.

Di kompleksku setiap anak memiliki pistolpistolan. Pelurunya hanya berisi air. Ketika Ka Anti tak datang, kami selalu bermain perang-perangan. Ka Anti bilang jika kami digusur, pistolpistolan itu bisa kami gunakan. Tapi, pistol yang aku miliki sudah sangat reot, itupun ayah yang memperbaiki dengan mengikatkan ujung pistol dengan pembidiknya dengan tali rapiah. Sementara anak lain membuat pistolpistolan dari pelepah kelapa atau pisang.
***
Setiap pagi aku berlomba dengan pemulung lain untuk mendapatkan sampah terbaik. Mulai dari gelas bekas, botol bekas, serta barangbarang bekas lain yang masih bisa kami jual. Berbekal karung yang mulai berubah warna dan sebatang besi karat sepanjang lengan dewasa setia menemaniku. Setiap rumah yang memiliki bak sampah aku datangi. Sepertinya penciumanku akan melebihi hidung Mario. Anjing pak Lukman yang menjaga dipan rumahnya Aku lebih peka darinya, mungkin. Karena aku bisa mengais. Sementara Mario hanya bisa menajaga pintu tanpa bisa melewati pagar

Ketika ada rumah yang selesai berpesta aku akan mendapat lebih banyak lagi harta karun. Atau ketika September tiba aku akan mendapat banyak kertas bekas dan bukubuku. Aku akan dapat uang lebih dari hasil timbangan. Hasilnya aku serahkan sama ayah.

“Kau harus belajar menyimpan nak” ucap ayah suatu sore. ”tidak untuk dendam dan cinta ” lanjutnya.

Katanya aku harus belajar menyimpan tapi tidak untuk dendam dan cinta. Aku tak mengerti ucapannya. Aku hanya mengangguk. Seperti anakanak lain mereka menyimpan uangnya kelak ketika ia menginkannya, uangnya ia bisa gunakan. Aku senang mengumpulkan barangbarang tersebut. Ketika karungku sudah membuncit aku bersegera menghentikan pecarian. Karena banyak anak anak yang melakukan hal yang sama. biasanya aku pergi bareng temanteman untuk mencari harta karun, tapi lebih sering sendiri.
***
Pagi ini aku berpapasan dengan sebayaku. Ia berseragam rapi. Aku mengikuti kemana mereka pergi. Sesekali aku berhenti agar tak terlihat oleh mereka. Sesampai di sebuah gedung mereka berpisah memasuki sebuah ruang yang lebih luas dari rumah kami. Aku juga ingin seperti mereka. Dulu ketika ayahku masih hidup, ia selalu mengantar anakanak berseragam putih kuning seperti mereka dengan tiga rodanya. Seingatku ketika ayah sudah mengantar mereka, ibu juga menggendongku ke tempat yang selalu kudatangi setiap pagi.

Mereka memasuki satu are. Sangat luas. Dua kali luas lapangan bola. Aku membuntuti merka. Dan ketika ada diantara mereka menoleh kearahku, aku akan purpura menggunakan tongkat ajaibku mengais. Sesampai didepan gedung tersebut aku berusaha masuk. Tapi, aku dilarang oleh seseorang yang disapa Pak Satpam. Tubuhnya tinggi, besar, dan tongkat seukurang lengannya juga ia tenteng. Aku berusaha membujuk untuk masuk ke tempat tersebut. Tapi, sulit ia malah membentakku. Katanya aku tak pantas di ruangan itu. Dengan perasaan kecewa aku meninggalkan Pak Satpam. Aku berjanji besok kan datang lagi.

Hari ini aku harus sedikit bersih. Celana yang biasanya kupakai tiga hari harus kuganti, sama halnya dengan celana pendek yang baunya sudah tak terasa dihidungku lagi.
”Selamat pagi Pak Satpam?” ucapku sedikit sopan

”pagi, kamu anak yang datang kemarin kan?” tanyanya sambil bersilat pinggang

”iya, pak saya....”

”saya kenapa! Kemarin sudah kubilang kau tak pantas di tempat ini” bentaknya smbil memukul mukulkan pentongan ke telapak tangan kirinya
”saya mau cari harta karun, ups barang bekas maksud saya pak Satpam ”
”untuk apa ayah ibumu tidak kasihan menyuruh nyuruhmu seperti itu ”

"tapi, saya tak punya keduanya pak”
”akh...selalu begitu, minggu yang lalu anak sepertimu juga kesini alasan mencari barang bekas, eh...ternyata ia pencuri”

”sungguh pak, saya hanya ingin mencari barang bekas, ini pun untuk diriku sendiri, saya berjanji, ketika keluar nanti, bapak bisa kok periksa karungku”

”baiklah, tpi ku harus keluar sebelum bel bunyi, okay!”

”iya pak makasih”

Aku melewati pagar yang tinggi menjulang, tak perlu didorong karena pintunya akan terbuka ketika seseorang memasuki area tersbut. Aku melakukannya beberapa kali, tapi hl itu ku berhentikan ketika Pak Satpam memperingatiku dengan acungan pentolanny.

Kini aku sudah memasuki area gedung tinggi yang aku impikan. Dan kini mimpi itu mulai menyata. Terlihat banyak ruangan di sini, beberapa ruangan terlihat tertutup, rapat. Padahal aku ingin melihat isi keseluruhannya. Perlahan aku mengintai, untuk menyakinkantak seorangpun yang melihatku. Kini aku berada tepat di belakang kelas. Tepatnya di dekat penampungan sampah. Sembari mengais sampah aku melirik ke ruangan itu, sesekali. Disalahsatu ruangan tersebut terlihat seorang bapak yang terdengar sayup-sayup di panggil guru. Ia menjelaskan salah satu pelajaran. Kemudian menunjuk salah satu siswa yang tertidur di belakang. Siswa tersebut tidak bisa menjawab, akhirnya ia di hukum. Anak itu harus berdiri dengan satu kaki di depan papan putih tempat seseorang yang dipanggil guru itu berdiri. Bukan hanya itu, anak berseragam putih merah tersebut harus menjewer kedua kupingnya sambil berteriak ”aku tak akan tidur lagi” ucapnya berkali-kali. Sementara temantemannya yang lain menertawai.

Aku kasihan melihatnya. Andai anak itu mau bergabung dengan taman kami. Ia tak akan dihukum seperti itu. Palingan kita akan di hukum menyanyi atau bercerita tentang pencarian harta karun yang kami dapat. Bahkan ketika hukuman itu berhasil kami selelsaikan, ka anti akan memberi kami hadiah, permen, pulpen, pensil warna, atau buku tulis.

Diruangan itu terdapat kotak putih menyemburkan angin. Gambar-gambar pahlawan nasional terpajang dimana-mana. Ada juga gambar presiden dn wakil presiden mengumbar senyum. Sampai saat ini aku tak pernah bertemu dengannya. kata ka anti suatu saat nanti ketika kami sudah mampu membaca, menulis dan berfikir, kami akan menguasai dunia dan menjadi orang terpandang seperti presiden. Tapi, aku heran kog presiden tak pernah ke tempat kami? Padahal aku akan minta rumah kami di daur ulang, seperti sampah yang kami kumpulkan dan digunakan kembali. Aku juga akan meminta beberapa janji yang ia ucapkan seminggu sebelum ia terpilih, itupun kami nonton di warung mak Biah. Tapi, hal itu hanya kupendam didada, kelak jika presiden benar-benar ke kompleks kami, aku akan meminta semuanya. Bahkan minta untuk mengemblikan nyawa ayah dan ibu yang ia ambil begitu saja.

Agak lama aku di tempat ini. Hasilnya lumayan banyak, kertas bersisi nilai-nili besar kudapat lebih banyk, walaupun krungku tak sebuncit perut ayahku, Imran. Tapi, aku berjanji kelak jika presiden memintaku bersekolah. Aku tak akan sekolah ditempat seperti ini. Aku hanya akan sekolah ditempat ka anti sampai aku bisa menjadi orang yang berguna. Mimpiku hanya satu mendirikan sekolah buat teman-teman yang lain.

Pak Satpam memanggilku dari kejauhan. Pertanda bahwa aku harus menyudahi pencarian dan pengintaianku. Yang pasti sebentar sore aku akan sengaja dihukum untuk bercerita dengan teman-teman dan di hadapan ka Anti.

Aku melangkah ke gerbang. Karung ku letakkan di belakang dan besi karat ku tenteng disebelah kiriku. Tadinya aku ingin bermain dengan pintu. Tapi, Pak atpam memperingatiku untuk tak melakukannya

’Banyak nak?” tanyanya

”Lumayan pak, trima kasih yah” kuletakkan karung sinterklasku sejenak

”Jika kau punya waktu, datanglah kemari” ucapnya sambil tersenyum

”okay pak”sambil kuacungkan dua jariku layaknya hormat lalu kubalas senyumnya

Aku tak akan ke tempat seperti ini, janjiku.

Aku bergegas ke tong lain disamping gedung yang kumasuki tadi. Hasilnya lebih banyak dari yang kuduga. Tapi aku tak ingin buncit karungku meledak.Aku masih ingat pesan Ibu, jangan pernah merenggut surgasurga kecil yang tuhan beri buat mereka.

Dari :  RinduCia D'jiwa
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Surga Surga Kecil"

Posting Komentar