Baju Lusuh dan Mata Ibu

Sudah seminggu bapak tak pulang. “bapak harus lembur nak, demi mencukupi kebutuhan kita”. Ucap bapak di suatu malam yang temaram, “bapak kog jarang pulang?”. Aku harus menunggu bapak selama seminggu, bersama ibu dirumah. Ibu sehari-hari hanya seorang tukan cuci. Tak tentu penghasilannya setiap hari. Jika pakaian banyak ia dapat maka bayaranpun banyak. Kadang lebih sering tak dapat, karena harus menunggu 2 samapi 3 hari untuk mendapat tumpukan cucian. Sedang bapak, seharihari bekerja sebagai buruh bangunan. Lebih sering tak dirumah. Lebih sering pula rindu kami menggebu. Bak embun merindu pagi, bahkan lebih dari itu.

Jika petang tiba. Aku dan ibu ke musholah milik pak Saleh, lima puluh kilo meter dari rumah. Sambil menunggu isya bertandang . Aku dan ibu tadarrusan. Juga bersama ibuibu dikampung kami. Bersama mereka ibuku juga biasa bercerita tentang kerinduannya pada bapak. “bapaknya Embun jarang pulang demi kalian juga bukan?” ucap seorang ibu yang sering memakai mukenah bergambar bungabunga. “ibu harus bersabar yah?” ucap ibunya Ari. Kulihat ibuku sesekali mengangguk sambil menunduk.

Sejak bapak sering tak pulang. Lebih sering kulihat mata ibuku berkristal, bening. Tapi tak tumpah. Menjelang tidur, ibuku selalu bercerita bagaimana pengorbanan bapak. Yang rela meninggalkan kami demi sesuap nasi. “ibu, kita jenguk bapak yah?” pintaku disuatu malam saat ibu mengusap rambutku pengantar lelap. “bapak tak boleh diganggu nak, jika tiba waktunya, bapak akan pulang”. Suara ibu terdengar sangat berat, seperti ada kerikil menggantung di kerongkongannya.

***

Malam nampak redup. Pohon bumi berbuah gemintang telah menguning. “ Tuhan, aku butuh bertemu bapak”. Pintaku padaNya yang telah bertalu disetiap kala yang terlewati. Mata ibu nampak sembab. “ibu, bilakah matamu cerlang?”. “nak, mataku tak akan pernah cerlang sejak malam tadi bapakmu tiba”. Berganti matamu yang cerlang, bak mentari pagi ini. Dan semangat mentaripun menggelora sejalan dengan kabar bahagia dari ibu. “betulkah ibu?”. Ibu mengangguk. Tapi lagilagi matanya tak cerlang. “bukankah kedatangan bapak harus kita sambut dengan bahagia ibu?”. “iya nak, tapi kita tak hanya mengunggu sepekan, namun lima tahun akan dating baru bapakmu bertandang lagi, jika Tuhan masih memberinya nafas”. “kenapa bisa ibu berkata demikian?”.

Semalam bapakmu datang. Membawa kabar tak sedap. Kepulangannya yang sering tertunda karena bapakmu harus berhadapan dengan pemilik baju kaos lusuh. “maksud ibu?”. “dua pekan lalu bapak sudah berencana pulang, hanya karena selembar baju kaos lusuh yang ia temukan di pinggir jalan sehingga bapakmu harus mendekan di bui. Tak sengaja bapakmu temukan didepan rumah Pak Hakim di perempatan jalan sebelum ia naik ojek ke rumah. Namun, penjaga rumah Pak Hakim melihatnya dan melaporkannya ke Pak Hakim. Maka Pak Hakim pun melaporkannya ke pihak berwajib. Dan bapakmu harus menjalani proses di kantor polisi. Katanya ia ditemani oleh rekannya yang bias membantunya”. “kog bapak ngga mengabari kita bu?”. “bukan maksud bapakmu tak mengabari, namun ia hanya tak ingin kita lebih khawatir lagi nak”. “trus bapak kemana sekarang?”. “ bapak akan menemui kita lima tahun lagi nak”.

Kedua mata ibu telah kering. Semakin sembab. Bolabola kristal yang hampir tiap hari kulihat kini tak lagi menggantung. Pudar.


[Setelah menonton berita Liputan 6 SCTV:
Tentang seorang ayah yang menemukan kaos lusuh_yang jika dijual hanya akan terbeli dengan lima ribuan_dan harus dipenjara selama lima tahun]

Dari : RinduCia D'jiwa
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

1 komentar: on "Baju Lusuh dan Mata Ibu"

Anonim mengatakan...

how to make money from casino games
In casinos, you will win at kadangpintar least $300. the chance to become a millionaire by 바카라 playing casino games that pay out money at a certain หารายได้เสริม time,

Posting Komentar